Negara Integralistik: Prabowo Lanjutkan Orde Baru Mengarah ke Fasisme



COGOIPA.ONLINE- Kita semua tahu bahwa Prabowo sangat tidak menyukai oposisi. Dia juga tidak nyaman demokrasi yang disebutnya kacau. Prabowo berulangkali mengatakan bahwa ia menginginkan demokrasi yang 'santun.' 


Saya mencoba menghubungkan persepsi Prabowo tentang demokrasi ini dengan pembebasan dua orang yang dianggap lawan politiknya. Yang pertama adalah Tom Lembong. mantan Menteri Perdagangan dan penasehat Anies Baswedan dalam pemilihan presiden kemarin. 


Yang kedua adalah Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP yang dihukum karena kasus suap PAW. Hasto sebenarnya tidak bermasalah dengan Prabowo. Ia hanya punya masalah dengan Jokowi dan keluarganya. Hanya saja, Prabowo jadi presiden itu kan karena Jokowi. Dan, PDIP sampai sekarang tidak mau bergabung dengan pemerintahan Prabowo. 


Apakah arti pemberian abolisi ke Tom Lembong dan amnesti ke Hasto? Apakah ini berarti 'rekonsiliasi' dan usaha menjaga persatuan nasional seperti yang diklaim oleh orang-orangnya Prabowo? 


Saya tidak melihatnya demikian. Walaupun Prabowo memperlihatkan sikap inklusif, dia sesungguhnya ingin melemahkan oposisi terhadap dirinya. Dengan cara halus dia 'memangku' oposisi untuk menjinakkannya. 


Banyak dari kita tidak sadar akan taktik ini. Mengapa Prabowo membuat kabinet yang demikian gemuk? Jelas dia tidak akan bisa mengendalikannya. Dia juga tahu itu. Namun kabinet yang super gendut ini adalah untuk merangkul partai-partai politik -- yang sebenarnya tidak dia sukai. 


Persis ketika orang-orang ini dirangkul, kementerian-kementerian dipotong anggarannya. Prabowo memerintah dengan "Satgas." Sekarang apa-apa dilakukan dengan Satgas. Kementerian-kementerian tetap ada tetapi semua pekerjaan penting diambilalih dari mereka. 


Tidak lama lagi, hal yang sama akan dia lakukan terhadap pemerintah daerah. Transfer dana ke daerah dipotong habis. Kalau pun ada, transfer itu akan dalam bentuk proyek-proyek yang sudah direncanakan di Pusat. Kepala daerah hanya menjadi stempel saja. 


Ada banyak hal yang menunjukkan bahwa Prabowo akan bergerak kesana. Dia akan mengontrol segalanya. Dia memusatkan kontrol itu pada dirinya dan pada segelintir orang di sekitar klik-nya. Ya orang yang itu-itu saja. Beberapa foto dari rapat di Hambalang tampak bahwa tidak ada orang lain yang diajak. Paling satu dua Menko. Bahkan Prabowo lupa siapa saja yang duduk di kabinetnya!


Konsep ini mirip (tidak sama persis) dengan konsep 'negara integralistik' yang pernah dipidatikan Mr. Soepomo ketika sidang BPUPKI. Soeharto pernah memakai konsep ini dengan Orde Barunya. Negara itu adalah sebuah badan yang organ-organnya yang terikat secara integral. 


Ini sebenarnya konsep yang lahir dari fasisme. Konsep golongan kanan yang berilusi tentang negara kuat -- elemen-elemennya tidak saling bertentangan namun bersatu satu sama lain. 


Hanya saja, apakah negara integralistik ini akan berhasil? Prabowo tidak secara murni menerapkan ini. Dia memilih siapa-siapa yang menikmati aliran kemakmuran. Dan bisa kita duga, itu didominasi oleh orang-orang yang dekat dengannya. Contohnya: lihat saja penerima bintang Mahaputra. 


Atau, dengarkan keluhan dari seorang guru: Kami tidak dilibatkan dalam MBG, tapi kalau ada nampan yang hilang, kami yang harus menggantinya. Atau seorang Kades soal Koperasi Merah Putih: Kami sama sekali tidak dilibatkan, tapi kalau rugi, kas desa yang harus menanggungnya. 


Kita tidak tahu apakah konsep kenegaraan Prabowo ini akan berhasil atau tidak. Namun yang jelas, negeri ini sedang bergolak dibuatnya. 


Yang membuat saya bertanya-tanya, apakah Prabowo dan orang-orangnya tahu dan sadar akan hal itu? Lagi-lagi obral Bintang Mahaputra itu bisa menjadi contoh. Penerimanya adalah semua, "Siap, laksanakan!" Tidak ada suara lain. Bahkan orang yang bertugas menyusun nominasi (nominator) menjadi penerima Bintang Mahaputra. Sangat berlawanan dengan kepura-puran bersikap inklusif seperti dalam kasus Lembong dan Hasto. 


Apakah mereka tahu bahwa mereka tidak akan berkuasa lama? Karena sepertinya mereka bersikap persis seperti yang dulu pernah diomongkan oleh Prabowo, " Kalau rumah terbakar, itu harus kau rampok!" Itukah yang sedang kita saksikan sekarang?


Penulis: Made Supriatma