IKPM-HT YOGYAKARTA MENGGELAR DISKUSI BERSAMA NYALAKAN PROJECT DI YOGYAKARTA

Foto Bersama Pasca Selesai Diskusi

COGOIP.ONLINE YOGYAKARTA-Ikatan Komunikasi Pelajar Mahasiswa Halmahera Timur (IKPM-HT) Yogyakarta menggelar diskusi public, yang bertempat di kantor PKBI, Wirogunan, Mergangsan. Yogyakarta. Pada Jumat, 31 oktober 2025 kemaren, pukul 18:00 WIB.

Adapun agenda diskusi ini dinamakan Petaka Keruk, Peluncuran Jin Maba Sangaji Basuara. Diskusi ini diselenggarakan oleh IKPM-HT Yogyakarta bersama dengan teman-teman dari Nyalakan Project, dalam rangka merespon isu kerusakan lingkungan dan perampasan ruang hidup di Provinsi Maluku Utara terkhususnya tentang 11 warga adat Maba Sangaji di Halmahera Timur yang di pidana karena melawan oligarki perampas tanah ulayat mereka.

Diskusi ini turut dihadiri oleh berbagai kalangan solidaritas mahasiswa dan anak muda dari berbagai organisasi daerah maupun gerakan, dengan menghadirkan beberapa pembicara, diantaranya, Sahlil Abubakar (Ilo. Warga Maba Sangaji), Ider (Mahasiswa dan Aktivis Lingkungan), Ikmal Ali (Ketua IKPM-HT Yogyakarta), Wetub Toatubun (Tim Advokasi Anti Kriminalisasi), Atinna Rizqiana (Peneliti Energi dan Sumber Daya Alam), juga Fiorentina Refani, sebagai moderarator diskusi tersebut. 

“Ada tiga esensial yang menjadi substansi dari diskusi ini yaitu, pertama adalah bagaimana kita harus tetap menjaga alam,lautnya, hutanya,juga adat dan budaya dari cengkraman industri di Maluku Utara lebih khususnya di Halmahera Timur itu sendiri, yang kedua adalah tentang putusan hakim yang tidak melihat 11 warga adat maba sangaji ini sebagai korban yang mempertahankan hak ulayatnya, lalu yang ketiga Adalah tentang responitas dari berbagai mahasiswa, juga kalangan anak muda terkhusnya mahasiswa dari IKPM-HT di Yogyakarta dalam melihat kasus 11 warga adat maba sangaji juga perampasan ruang hidup oleh industri ekstraktif di Maluku Utara”. Ucap Ketua IKPM-HT Yogyakarta dalam diskusi tersebut.

Ikmal Ali, Ketika ditanya rekan media soal kelanjutan agenda ini. “Belum tau pasti untuk kelanjutan agenda ini, akan tetapi harapanya agar bagaimana teman-teman dari berbagai kalangan solidaritas yang itu bukan hanya di Yogyakarta, tapi di seluruh wilayah kota maupun daerah bisa membuat gerakan-gerakan seperti ini untuk membicarakan hal-hal yang mengenai persoalan lingkungan, maupun ekologi dan perampasan ruang hidup”.

Diskusi ini berjalan dengan lancar dari awal hingga diakhiri dengan penampilan puisi dan pernyataan sikap.(*)

Lebih baru Lebih lama