![]() |
| Ali Akbar Muhammad (Penulis Buku Revolusi Kaum Tertindas) |
Sejak Indonesia merdeka pada periode 1945-1956, tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari lagu kebangsaan Indonesia, dan belum diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Bahkan dalam naskah asli hasil Kongres Pemuda tahun 1928 itu sendiri, tidak ditemukan kata "sumpah" dan "satu".
Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan bahwa Sumpah Pemuda merupakan produk dari era 1950-an. Klaim ini didukung dengan perbandingan antara teks asli hasil kongres pemuda yang beredar antara tahun 1928 dan versi yang muncul pada tahun 1950-an.
JJ Rizal menyebut bahwa penyisipan kata "sumpah" ini merupakan bentuk korupsi teks sejarah yang dilakukan untuk kepentingan ideologis tertentu.
Orang yang dianggap berperan penting dalam mengubah teks asli hasil kongres pemuda tersebut adalah Mohammad Yamin. Muhammad Yamin dianalogikan seperti Paul Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi, yang pernah berkata, ”Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik.
Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya, dan kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja.” [1942]
Benedict Anderson dalam buku klasiknya, Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1946, menulis bahwa pada masanya, tidak ada satu orang pun yang bisa mengontrol Yamin. Anderson menggambarkan Yamin sebagai pribadi yang keras kepala, sembarangan, menjengkelkan, dan dibiarkan berbuat semaunya sendiri.
Pada zaman itu, tidak ada yang terlalu memedulikan soal campur aduk antara fakta dan fiksi yang dilakukannya, karena isu tersebut dianggap tidak sepenting perjuangan revolusi melawan Belanda. Yamin sendiri menerbitkan sandiwara berjudul Gadjah Mada pada tahun 1946.
Apa yang dilakukan oleh Mohammad Yamin ini mengingatkan kita pada pernyataan George Orwell: ”Cara paling efektif untuk menghancurkan orang banyak adalah dengan mengingkari serta menghapuskan pemahaman mereka atas sejarahnya sendiri.”
Bahkan dalam teks asli HASIL KEPOETOESAN KONGRES PEMOEDA itu tidak ada yang menyebut kata "satu". Kata "satu" itu mulai digunakan pada tahun 1950-an. Menurut JJ Rizal, perubahan ini dilakukan karena Soekarno khawatir akan terjadi perpecahan, terutama menyusul adanya benih-benih pemberontakan seperti Peristiwa Permesta.
![]() |
| Foto: Teks Sumpah Pemuda. (Buku Makna Sumpah Pemuda Sri Sudarmiyatun) |
Oleh karena itu, Soekarno dengan lantang menyatakan bahwa siapa pun yang melakukan pemberontakan berarti telah mengkhianati Proklamasi dan Sumpah Pemuda. Demikianlah, Sumpah Pemuda kemudian diangkat menjadi sesuatu yang sangat sakral, padahal terdapat manipulasi sejarah dalam penulisan teks aslinya.
Sebagai generasi muda, kita patut menelusuri dan memeriksa kebenaran sejarah. Tujuannya agar kita tahu ke mana kita harus melangkah untuk saat ini dan masa depan. Dengan memahami Sumpah Pemuda sebagaimana yang diungkapkan oleh para sejarawan, terungkap bahwa banyak peristiwa masa lampau negeri ini dibangun berdasarkan dusta-dusta yang dirangkum sedemikian rupa, untuk kemudian dijadikan sebagai "sejarah" Nasional.
Referensi:
1.Benedict Anderson, Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1946
2.https://www.kompasiana.com/ruslan./5529ac6df17e615116d623ba/sumpah-pemuda-antara-fakta-dan-dusta
3.https://news.detik.com/berita/d-2073836/sejarawan-sumpah-pemuda-itu-kepalsuan-sejarah
4.https://titastory.id/melawan-lupa-j-j-rizal-sumpah-pemuda-kebohongan-besar/

