Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, organisasi GAMHAS dan EK-LMND Halut yang tergabung dalam Front Central Gerakan Revolusioner Sosialis (CGRS) menggelar aksi kampanye bertajuk "Refleksi Hari Pendidikan Nasional". Aksi tersebut berlangsung di tiga titik, yaitu depan Kampus Uniera, Kampus Unhena, dan Kantor Bupati Halmahera Utara. (2 Mei 2025)
CGRS menegaskan penolakannya terhadap program Sekolah Rakyat yang digagas Kementerian Sosial (Kemensos). Menurut kajian mereka, program ini berpotensi menimbulkan polemik karena membutuhkan anggaran besar dari APBN dan CSR (Corporate Social Responsibility). Mereka juga menyoroti kesamaan program ini dengan Sekolah INPRES di era Orde Baru, yang dinilai gagal mewujudkan tujuan pendidikan nasional, khususnya di daerah pedesaan.
Rigel Ridua, salah satu pimpinan gerakan mahasiswa dalam CGRS, menyatakan bahwa program Sekolah Rakyat tidak sesuai dengan kondisi pendidikan saat ini.
"Kemensos harus melakukan riset mendalam dari pusat hingga pelosok daerah untuk memahami kebutuhan rakyat, terutama dalam hal pemerataan pendidikan,"tegasnya.
CGRS mendesak Pemerintah Daerah Halmahera Utara (Halut) untuk menolak program tersebut dan melakukan kajian menyeluruh terkait kondisi pendidikan di wilayahnya. *"Pemerintah harus memastikan tidak ada kesenjangan atau diskriminasi dalam dunia pendidikan yang justru bisa menciptakan sistem sekolah berkasta," tambah Rigel.
Aksi ini menjadi sorotan sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pendidikan yang dinilai tidak berpihak pada keadilan sosial.(*)
Reporter: Febrianto Aiba
Baca Juga:May Day di Ternate: Aliansi Mei Berlawan Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional