Transparansi Jasa Pelayanan: Pondasi Kepercayaan Rumah Sakit Daerah

dr. Akbar Kapissa Baharsyah, Sp.B, Dokter Spesialis Bedah, Eks Direktur Lembaga Kesehatan PB HMI 

Di banyak rumah sakit daerah yang sedang mempersiapkan diri untuk berkembang, salah satu isu yang paling sering memunculkan perdebatan adalah pola pembagian jasa pelayanan. Bukan karena semua rumah sakit memiliki masalah, tetapi karena isu keuangan, terutama pembagian jasa adalah bagian paling sensitif dalam tata kelola kesehatan. Ketika sistem tidak dijelaskan secara terbuka, ruang kosong komunikasi mudah diisi oleh asumsi dan interpretasi yang berbeda-beda. Pada situasi seperti inilah, transparansi menjadi sangat penting sebagai penjaga stabilitas organisasi.

Transparansi adalah Oksigen Organisasi

Rumah sakit adalah ekosistem besar yang digerakkan oleh banyak profesi: dokter, perawat, bidan, analis, apoteker, radiografer, hingga petugas jaga malam. Mereka bekerja dalam tekanan operasional yang tinggi, menghadapi risiko medis setiap hari, dan dituntut memberikan pelayanan terbaik. Karena itu, persepsi keadilan dalam pembagian jasa bukan hanya soal angka—tetapi menyangkut motivasi, kepercayaan, dan keharmonisan tim.

Ketika tenaga kesehatan mengetahui dasar perhitungan jasa, bagaimana poin dihitung, atau bagaimana distribusi dilakukan, maka:

  • Komunikasi internal menjadi lebih sehat
  • Kualitas layanan meningkat
  • Semangat kebersamaan tumbuh

Dalam konteks rumah sakit daerah yang sedang berkembang, kejelasan informasi adalah fondasi yang menguatkan organisasi dari dalam.

Regulasi Sudah Jelas, Implementasi Perlu Penguatan

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melengkapi berbagai aturan terkait transparansi pengelolaan jasa, seperti Permenkes 85/2019, Kepmenkes 1981/2010, dan standar tata kelola dalam SNARS. Regulasi tersebut mengamanatkan bahwa pembagian jasa harus dilakukan secara: adil, proporsional, terdokumentasi, dan dapat diaudit.

Namun, di banyak daerah, implementasinya perlu penguatan. Tidak selalu karena ada kesalahan, tetapi sering kali karena sistem digital belum matang, dokumen belum diperbarui, atau belum tersedia platform komunikasi internal yang memudahkan akses informasi. Padahal, langkah sederhana seperti mempublikasikan SK remunerasi atau laporan berkala sudah sangat efektif untuk meningkatkan kepercayaan.

Contoh Rumah Sakit yang Sukses dengan Transparansi Pembagian jasa

Berbagai rumah sakit daerah di Indonesia sudah membuktikan bahwa transparansi bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga membawa manfaat besar. RSUD Sleman misalnya, sejak 2021 mengembangkan dashboard internal yang memungkinkan seluruh pegawai melihat laporan pendapatan, pembagian jasa per unit, dan poin kinerja setiap bulan. Hasilnya, tingkat kepuasan pegawai meningkat dan konflik internal minim.

Di RSUD Kota Surakarta, kebijakan open remun diterapkan dengan mempublikasikan formula poin, tabel pembagian jasa, hingga porsi manajemen melalui intranet rumah sakit. Setiap pegawai dapat mengetahui dasar perhitungannya, sehingga tidak ada ruang untuk spekulasi.

Sementara RSUD Banyumas menjalankan mekanisme laporan triwulan remunerasi, di mana dokumen lengkap berisi proporsi jasa per unit dipresentasikan dalam forum evaluasi bersama. Transparansi yang konsisten membuat hubungan antar-profesi semakin harmonis dan kepercayaan internal meningkat. Praktik-praktik ini menunjukkan bahwa transparansi bukan hanya ideal, tetapi sepenuhnya bisa diterapkan—dan hasilnya nyata.

Partial Remuneration: Model Terbaik untuk Rumah Sakit Kecil

Pengalaman berbagai rumah sakit tipe D dan C di Indonesia menunjukkan bahwa sistem yang paling cocok bagi RS kecil adalah partial remuneration.

Model ini memadukan unsur insentif berdasarkan kinerja dan sistem pengelolaan manajemen secara proporsional. Melalui partial remuneration:

  • Tenaga pelayanan mendapat hak langsung atas tindakan, jam jaga, dan risiko kerja.
  • Manajemen tetap menerima porsi yang layak, untuk fungsi koordinasi
  • Formula pembagian disusun bersama oleh komite medik, komite keperawatan, bagian keuangan, dan unsur manajemen.
  • Setiap pegawai memahami dasar perhitungan, sehingga persepsi keadilan meningkat.

Model seperti ini terbukti meningkatkan motivasi, menurunkan potensi konflik, serta mendorong tenaga pelayanan untuk bekerja dengan hati.

Ide tentang Transparansi bukanlah kritik, melainkan investasi organisasi. Di era pelayanan kesehatan modern, keterbukaan data dan informasi adalah bagian dari budaya profesional yang akan memperkuat tim, meningkatkan kualitas layanan, dan memastikan rumah sakit berjalan dengan integritas. Langkah-langkah ini juga akan memperkuat kepercayaan tenaga kesehatan dan memastikan transformasi menuju layanan tipe C berjalan dengan kokoh.(*)

Lebih baru Lebih lama