Perawat dan Bidan: Garda Terdepan Pelayanan Kesehatan yang Sering Terlupakan.

Oleh :dr. Akbar Kapissa Baharsyah, Residen Bedah FK Unhas / Ex Direktur LKMI HMI Cabang Makassar Timur

Dalam bentangan gugusan pulau Maluku Utara yang luas, di mana satu puskesmas bisa menempuh waktu berjam-jam dari rumah sakit terdekat, ada sosok-sosok yang selalu hadir di garis terdepan: para perawat dan bidan. Mereka adalah wajah pertama dari sistem kesehatan kita yang menyapa pasien dengan senyum di tengah malam, yang mengangkat tubuh lemah korban kecelakaan , yang berjaga saat listrik padam di puskesmas pesisir.

Kita sering berbicara tentang kekurangan dokter, tentang pentingnya spesialisasi dan pemerataan tenaga medis. Namun jarang sekali kita menyoroti bahwa di hampir setiap setiap puskesmas pembantu, perawatl dań bidanlah yang menjadi ujung tombak pelayanan. Di banyak tempat, merekalah yang melakukan anamnesis, tindakan gawat darurat, menolong ibu-ibu melahirkan hingga memberi pertolongan pertama pada trauma sebelum pasien mencapai rumah sakit.

Keterbatasan Dokter, Ketangguhan Perawat dan Bidan

Data distribusi tenaga kesehatan menunjukkan ketimpangan yang mencolok. Di sebagian besar kabupaten di Halmahera, jumlah dokter umum bahkan tidak mencapai satu per seribu penduduk. Kondisi geografis yang sulit, akses transportasi terbatas, dan fasilitas yang belum memadai membuat tenaga dokter enggan bertahan lama di daerah pelosok. 

Dalam konteks keterbatasan tenaga dokter, perawat dan bidan mengambil peran vital dalam pelaksanaan tindakan medik dasar, disamping praktik keperawatan dan kebidanan mandiri bahkan penggerak edukasi kesehatan masyarakat. Saat wabah malaria, DBD, dan COVID-19 melanda, perawat dan bidanlah yang turun paling dulu dari mendata, melakukan tracing, sampai memantau pasien isolasi mandiri di desa.

Oleh sebab itu, sudah selayaknya pemerintah daerah memberikan apresiasi nyata kepada tenaga keperawatan dan kebidanan, baik melalui peningkatan kesejahteraan, kesempatan pendidikan lanjutan, maupun perlindungan hukum dalam praktik profesi mereka. 

Perawat, Bidan dan Masa Depan Kesehatan Halteng

Di tengah geliat industri nasional yang berdenyut di jantung Weda melalui hadirnya Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera Tengah kini berdiri sebagai salah satu poros pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia Timur. Namun di balik gemerlap pembangunan dan deru mesin industri, muncul tantangan serius di bidang kesehatan masyarakat. Peningkatan aktivitas tambang dan manufaktur membawa konsekuensi logis: meningkatnya angka kecelakaan kerja, paparan zat berbahaya, serta risiko penyakit akibat lingkungan. Dalam konteks inilah, peran perawat dan bidan menjadi semakin krusial karena fakta dilapangan : Perawat dan bidanlah yang menjadi garda terdepan sebelum akhirnya pasien berpindah ke Fasilitas Keseatan lanjut.

Di banyak wilayah Halmahera Tengah, terutama di puskesmas dan pustu yang jauh dari rumah sakit, perawat dan bidanlah sering kali menjadi tenaga pertama yang menolong korban kecelakaan kerja atau kegawatdaruratan medis. Mereka bekerja dalam keterbatasan alat, waktu, dan tenaga, namun tetap hadir dengan sigap dan empati. Oleh sebab itu, RSUD Weda dan jejaring puskesmasnya perlu memperkuat pelatihan trauma care, emergency response, dan manajemen rujukan berbasis industri. 

Kita tidak dapat membangun kota sehat tanpa menghargai tangan-tangan yang setiap hari merawat luka dan menenangkan kecemasan. Di balik setiap pasien yang selamat, ada perawat dan bidan yang berjaga di malam panjang tanpa pamrih di pelosok-pelosok Halmahera. Mereka adalah denyut kemanusiaan di tengah derasnya industrialisasi. Karena itu, masa depan kesehatan Halmahera Tengah bergantung pada seberapa besar kita memberi ruang, pelatihan, dan penghargaan kepada mereka para penjaga kehidupan yang bekerja di garis depan pelayanan kesehatan Halmaera Tengah.(*)

Lebih baru Lebih lama